Hari Air Dunia dan Pesan Perdamaian

Hari Air Dunia diperingati setiap 22 Maret. Tema yang diangkat tahun ini, ‘Leveraging Water for Peace.’ Artinya, Memanfaatkan Air untuk Perdamaian, dengan tiga pesan utama.

Pertama, air dapat menciptakan perdamaian sekaligus menjadi sumber perpecahan. Kedua, air mempunyai dampak yang besar terhadap banyak tantangan global, mulai dari perubahan iklim hingga konflik politik. Ketiga, air mempunyai potensi untuk membawa kita melewati krisis dan kerja sama di bidang air dapat membuka jalan untuk banyak kerja sama lainnya.

Dengan meningkatnya populasi dunia dan juga perubahan iklim yang mempengaruhi siklus dan ketersediaan air, kebutuhan akan air semakin terasa vital. Kerjasama antar pemangku kepentingan mutlak diperlukan agar pengelolaan berjalan baik dan dapat menjawab tantangan dan permasalahan terkait air dan lingkungan.

Gaza dan kebutuhan air

Tema ini menarik terutama setelah kita melihat krisis air di Gaza Palestina di tengah serangan Israel. Proyek desalinasi air tanah yang selama ini menjadi sumber utama air bersih rakyat Gaza tak lagi berfungsi akibat pemutusan listrik oleh Israel. Selama perang, rakyat Gaza tak bisa lagi mengonsumsi air bersih dengan leluasa.

Bahkan, banyak warga yang terpaksa minum air dari sumur-sumur mereka yang sudah tercemar air asin. Kurangnya pasokan air bersih ini juga mengganggu layanan kesehatan yang kebutuhannya meningkat tajam akibat konflik.

Walaupun sudah rusak (asin), air tanah masih menjadi tumpuan utama kebutuhan air bersih di Gaza, sehingga proyek desalinasi mutlak dibutuhkan. Air tanah ini berada di Gaza Coastal Akuifer (lapisan batuan yang mengandung air tanah) yang menghampar dari wilayah Israel di utara, Gaza Palestina, hingga wilayah Mesir di selatan.

Penggunaan air tanah intensif di ketiga wilayah negara (tidak hanya di Gaza) membuat pencemaran air laut juga semakin tinggi. Lalu, diperparah oleh penggunaan pestisida di area pertanian, menambah buruknya kualitas air tanah di wilayah ini. Berbagai data penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 90% air tanah wilayah Gaza mempunyai kualitas yang buruk, terutama karena pencemaran air asin.

Diplomasi dan kerjasama

Beberapa tahun terakhir, UNESCO mendorong perbaikan data terkait akuifer air tanah lintas negara. Di tahun 2021, sudah diindetifikasi 468 akuifer lintas negara di semua benua. Tak hanya dua negara, akuifer ini bisa berada di banyak negara, terutama di benua-benua dengan daratan luas dengan banyak negara seperti Afrika dan Amerika Selatan.

Irhazer-Illuemeden Basin, salah satu Akuifer di Afrika, merentang dari Aljazair di Utara dan juga berada di wilayah Benin, Mali, Niger, Nigeria. Akuifer Amazonas, akuifer terbesar di Amerika Selatan, menghampar di wilayah Bolivia, Brazil, Colombia, Ecuador, dan Peru.

Tidak hanya perbaikan data, diplomasi dan kerjasama air antar negara mutlak dibutuhkan di wilayah-wilayah akuifer lintas negara ini. Masing-masing negara harus memahami dengan baik peran mereka dalam pengelolaan air di wilayah-wilayah tersebut dan juga harus diatur secara adil.

Kesalahan pengelolaan di satu negara, bisa berakibat rusaknya sumber daya air di negara lain. Proposisi ini jelas sesuai dengan tema dan pesan utama Hari Air 2024, bahwa air seharusnya menjadi alat perdamaian bukan sumber konflik.

Dengan negara yang berpulau-pulau, Indonesia tidak memiliki banyak akuifer lintas negara. Hanya terdapat lima akuifer lintas negara. Yaitu, dua akuifer yang berada satu area dengan Papua Nugini, dua dengan Malaysia dan satu dengan Timor Leste. Secara umum, data-data di akuifer lintas negara ini sudah tersedia walaupun penelitian yang lebih detail juga dibutuhkan untuk pengelolaan selanjutnya.

Masalah di Indonesia

Permasalahan terkait air tidak hanya terjadi antar negara, tapi juga bisa terjadi antar provinsi atau antar kabupaten/kota. Akuifer atau terminologi di Indonesia disebut dengan cekungan air tanah (CAT), bisa berada di dua atau lebih wilayah administrasi.

CAT Jakarta berada di wilayah Provinsi Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Provinsi Jawa Barat yang sebagian besar wilayah merupakan wilayah imbuhan CAT Jakarta harus terus dikonservasi untuk mempertahankan fungsi imbuhan agar siklus air tetap terjaga dengan baik. Sebaliknya, wilayah Jakarta merupakan bagian cekungan dimana air tanah bisa dimanfaatkan dengan leluasa, hal ini juga butuh kehati-hatian, pengambilan air tanah harus mengikuti aturan debit pemompaan yang telah ditetapkan.

Apabila pengelolaan air tanah di wilayah-wilayah seperti di atas tidak dilakukan dengan hati-hati, tidak hanya akan mengakibatkan kerusakan lingkungan dan sumber daya air, tapi juga berpotensi menimbulkan konflik antar daerah. Satu daerah hanya berkutat dengan program konservasi, sementara daerah lain bisa memanfaatkan air tanah dengan leluasa.

Konflik terkait air  juga terjadi antar pengguna air. Selain akibat perubahan iklim yang mengakibatkan semakin lamanya musim kering, menjamurnya hotel-hotel di Yogyakarta dituding sebagian warga Yogyakarta sebagai penyebab keringnya sumur-sumur mereka.

Masyarakat di salah desa di Sukoharjo Jawa Tengah mengeluh karena air sumur sering kering secara tiba-tiba setelah para petani menambah intensitas pengambilan air tanah untuk mengairi sawah mereka pada saat musim kemarau panjang. Para pengguna air ini, seperti hotel, masyarakat juga sektor lain seperti pertanian, memakai air dari sumber yang sama.

Selain pengelolaan yang terarah dan terukur, pengaturan yang lebih ketat juga harus ditegakkan agar para pengguna tidak berebut dan saling menyalahkan, agar penggunaan air dapat sesuai porsi dan kebutuhannya.

Pesan Rasulullah

Di Hari Air Dunia ini, kampanye tentang kepedulian terhadap air terus digalakkan. Permasalahan terkait lingkungan dan sumber daya air juga semakin lama semakin muncul ke permukaan.

Pemerintah Indonesia sudah seharunya lebih fokus dan berinvestasi lebih banyak untuk program-program pengelolaan sumber daya air. Peran kita sebagai individu juga tidak kalah penting, salah satunya dengan perilaku hemat air.

Perilaku hemat air ini sudah dicontohkan dan menjadi perhatian Nabi Muhammad SAW berabad lampau, yang pada suatu hari beliau menegur sahabatnya, Saad, yang terlihat oleh Rasulullah berlebihan menggunakan air ketika berwudlu, walapun saat itu air melimpah.

Banyak contoh lain dari Rasulullah tentang bagaimana kita seharusnya berperilaku terhadap air dan lingkungan yang semakin releven di hari ini. Wa bil khusus, saat kerusakan lingkungan dan sumber daya air semakin nyata. (*)

Idham Effendi, Wakil Ketua PCINU UK 2023-2025, Sheffield, UK