Tantangan Zakiyatul Mufidah Menjemput Keberkahan Ramadan di Inggris

Birmingham, United Kingdom – Keunikan puasa di negara berjuluk tiga singa atau Three Lions, Inggris, menghadirkan keunikan tersendiri. Tak seperti di Indonesia dengan ciri khasnya memasuki bulan Ramadan.

Mahasiswa S3 University of Birmingham, Inggris, Hj Zakiyatul Mufidah, mengatakan, menjalani puasa di negeri yang bukan mayoritas muslim, baginya adalah berkah sekaligus tantangan tersendiri. Berkah, karena diberi kesempatan untuk melihat dan mengalami sendiri bagaimana potret masyarakat Muslim di belahan bumi lain dalam menjalankan ibadah yang spesial ini.

“Berkah, juga karena dengan menjalani puasa di negeri ini, menjadikan hati semakin bersyukur dan meresapi betapa nikmat Allah yang luar biasa terlahir sebagai Muslim yang hidup di bumi Nusantara Indonesia dengan segala kemudahan dan keiistimewaan yang didapatkan sebagai seorang Muslim. Namun demikian, berpuasa di Inggris kali ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Sebagai mahasiswa S3 saya juga adalah seorang istri dan Ibu dari 3 anak,”ujarnya.

Zakiyatul Mufidah mengungkapkan, menjalankan peran sebagai full time student dan juga full time mother, membuatnya harus pandai mengatur waktu dan energi sehingga aktifitas ibadah spiritual pribadi, menuntut ilmu,  bahkan ibadah mengurus keluarga serta ibadah sosial lainya dapat berjalan berkelindan meski tak selalu sempurna.

Birmingham, sebuah kota pelabuhan tempat di mana Zakiyatul tinggal memiliki populasi umat Islam terbesar kedua di Inggris setelah London. Meski demikian, nuansa Ramadan di sana tetap tidak bisa dibandingkan dengan kemeriahan berpuasa di Tanah Air.

Namun begitu, di beberapa sudut kota, kampus, sekolah, bahkan pusat perbelanjaan sudah banyak ditemui ucapan-ucapan dan atribut bertuliskan Ramadhan Mubarak. Tentu saja, ini adalah hal yang patut diapresiasi dan disyukuri. Artinya, umat Muslim di Inggris secara umum telah mendapatkan pengakuan akan keberadaan mereka.

Ucapan Ramadhan Mubarak secara resmi disampaikan dan dipublikasikan secara luas melalui newsletter dan media sosial milik universitas. Sebagaimana saat perayaan Natal ataupun hari besar keagamaan lainya.

Bersekolah dan mengasuh keluarga

Bahkan, Muslim Society di university of Birmingham rutin menggelar acara khusus selama bulan Ramadan diantaranya menyediakan buka puasa gratis bagi mahasiswa dan sholat tarawih berjamaah. Menariknya jadwal menu buka puasa harian yang disediakan diposting melaui social media sehingga semakin menambah semangat para mahasiswa yang datang berburu menu buka puasa gratis.

“Bersekolah dan membawa keluarga memberikan pengalaman yang luar biasa dalam menjalankan ibadah puasa di Inggris. Sebagai contoh, saya dan suami harus turun dan terlibat langsung tidak hanya dalam pengasuhan tapi juga dalam memberikan pendidikan keagamaan dan membangun kebiasaan sesuai syariat Islam. Mulai mengenalkan kembali niat, rukun, sunnah dan amalan-amalan selama bulan puasa yang jika itu di Indonesia, mungkin lebih mudah karena anak-anak bisa pergi ke madrasah atau musala tempat mengaji dengan suasana dan lingkungan yang lebih mendukung,” ujarnya. 

Zakiyatul mengatakan, saat ini di Inggris sudah memasuki musim semi, setelah musim dingin yang panjang, di mana durasi waktu berpuasa hampir sama dengan Indonesia yaitu 13-14 jam serta hawanya cukup sejuk saat siang hari, walaupun masih terasa sangat dingin pada malam hari.

“Kami biasanya mengerjakan salat tarawih berjamaah di rumah saja sambil melatih bacaan salat anak- anak. Kemudian dilanjutkan dengan tadarus, menyimak bacaan Quran dan Iqro anak-anak. Kami memutuskan tidak ikut tarawih di masjid terdekat atau di kampus karena jadwal tarawih hingga larut malam. Sementara anak-anak paginya harus tetap pergi ke sekolah dan Ibunya juga harus ke kampus,” katanya, menambahkan.

Untungnya, lingkungan akademik di kampus sangat mendukung. Salah satu yang membuat Zakiyatul terharu yaitu, saat supervisor memberikan kesempatan untuk mengambil waktu lebih lama menyelesaikan draft chapter disertasi dari target yang sudah ditentukan.

“Beliau bilang bahwa saya pasti sibuk tidak hanya dengan puasa dan ibadah lainya tapi juga menyiapkan sahur dan berbuka untuk keluarga. Selain itu, beliau bilang jika tingkat konsentrasi dan produktifitas berpikir dan menulis kemungkinan besar tidak bisa maksimal saat berpuasa,” ucap dia.

Terlepas dari berbagai tantangan antara menyelesaikan target riset dan menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga, dirinya sangat bersyukur karena dari pengalaman ini mengajarkan self-discipline dan manajemen waktu.  

“Dan yang terpenting, ada hikmah yang luar biasa yang saya dapatkan yaitu tentang pentingnya ikhtiar, tawakal dan kepasrahan total kepada yang Maha Kuasa. Bahwa tiada kekuatan, daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah semata,” kata Zakiyatul, menandaskan. (ros/atang) (*)

(Hj Zakiyatul Mufidah, Kontributor Muslimat NU Daerah Istimewa Yogyakarta)

Artikel ini pertama kali terbit di sini:

https://www.rri.co.id/di-yogyakarta/ramadan/1379688/tantangan-zakiyatul-mufidah-menjemput-keberkahan-ramadan-di-inggris