Semarang, Indonesia – Religion of Twenty (R20) adalah Forum G20 yang bertujuan untuk mendorong nilai agama untuk memaksimalkan perannya pada permasalahan ekonomi dan politik global. Tantangan global menjadi semakin sulit diatasi karena persaingan antar negara besar dunia dan konflik yang berakar pada identitas. Dinamika ini menimbulkan resiko terhadap perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan baik di dalam negeri maupun tingkat internasional.
Kutipan di atas merupakan sebagian dari isi tulisan Efri Arsyad Rizal, Wakil Ketua PCINU United Kingdom pada paper berjudul “Religious Dynamics in the G20 and the National Landscape: Unveiling the Influence of ‘Islam Nusantara’ on Global Development and Humanitarian Initiatives”. Tulisan ini terbit di Academic Journal of Islamic Principles and Philosophy (Vol. 5, No. 1 (2024)) Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta, Indonesia, ditulis bersama Azma Zuhayda Arsyada (The University of Edinburgh) dan Dito Alif Pratama (Universitas PTIQ Jakarta).
Efri, yang saat ini menjadi Dosen di UIN Walisongo Semarang, mengungkapkan bahwa permasalahan agama di dunia global yang dibahas pada Forum R20 menjadi pekerjaan rumah bersama setiap negara. Tulisan dalam jurnal tersebut merupakan hasil pembahasan beberapa poin dari “Proceedings of the R20 International Summit of Religious Leaders” (2023).
Prosiding ini terdiri dari 9 bagian, dimulai dari Plenary Session 1: Opening Plenary Greetings and Addresses yang diantaranya berisi sambutan dari mantan Presiden Rebuplik Indonesia, Joko Widodo, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Miftachul Akhyar, dan mantan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto (Presiden RI 2024-2029) sampai bagian ke 9 Post-Bali Summit Commentary on the G20 Religion Forum (R20). Beberapa tema menarik dalam pembahasan forum ini adalah Shares Values and Reciprocity, Historical Grievances, Truth-Telling, Reconciliation, and Forgiveness, dan Spiritual Ecology.
Tulisan yang ditulis oleh Efri, Azma, dan Dito ini bertujuan untuk mengungkap hakikat agama sebagai sarana mencapai kesepahaman bersama untuk menumbuhkan nilai-nilai peradaban dalam lanskap global dan nasional: Islam Nusantara dengan mempertanyakan sejauh mana agama memberikan sumbangan bagi pembagunan dan misi kemanusiaan secara global dan nasional.
Penulis mencoba menyoroti empat fungsi agama yaitu memperkuat persatuan, mempromosikan dialog antar agama untuk melawan penyalahgunaan agama dalam kegiatan politik, menentang perang sambil mendukung korban konflik, dan mendorong perilaku etis untuk memastikan perdamaian abadi dalam menganalisis poin-poin dari hasil R20 tersebut.
Sebagai tuan rumah R20 tahun 2022, Indonesia bisa menjadi contoh bagi negara-negara G20. Pada tingkatan nasional, Indonesia sudah memposisikan agama untuk memaksimalkan konsep ‘maslahah’ (kebaikan publik) dan sekarang memegang peran yang semakin penting dalam membentuk sistem politik.
Menurut Efri, misi kemanusiaan yang akan datang memerlukan nilai-nilai spiritual untuk diintegrasikan ke dalam upaya yang bertujuan untuk meningkatkan harmoni global. Hal ini juga menyerukan refleksi tentang seberapa efektif nilai-nilai ini diterapkan untuk mendukung perdamaian dan solidaritas lintas negara. Forum R20 diharapkan dapat menjadi solusi konkrit permasalahan global dan para pemimpin agama memiliki tanggung jawab dalam misi kemanusiaan ini. (*)
Selengkapnya dapat dibaca di: https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/ajipp/article/view/9982




