Menyambut seabad masehi NU: perspektif dari Inggris

Nahdlatul Ulama (NU) menyambut seabad (Masehi) berdirinya organisasi ini pada bulan Januari 2026. Banyak pihak yang terkejut dan kagum terhadap pencapaian organisasi ini yang secara logika tidak masuk akal bagi sebagian besar pengamat karena “Bagaimana mungkin suatu organisasi yang berjuang untuk mempertahankan nilai-nilai Konservatif dan Traditional Islam bisa tetap menarik dan populer bagi sebagian besar umat Islam di Indonesia, terbukti dengan meningkatnya keanggotaan NU di berbagai wilayah di Indonesia dari tahun ke tahun?”.

Kunci dari keberhasilan NU terletak pada usaha keras dari para anggota, pemikir dan ulama NU untuk tetap membuat nilai nilai tradisional dan konservatif Islam ini selalu relevan dengan dinamika perubahan jaman dari era sebelum kemerdekaan Indonesia hingga sekarang.

Dalam menyambut abad ke-2 NU ini, tantangan yang dihadapi oleh para anggota, pemikir dan ulama NU untuk membuat nilai-nilai tradisional dan konservatif Islam ini relevan terhadap perubahan masyarakat pada saat ini menjadi lebih sulit dan kompleks.

Hal ini disebabkan oleh, pertama, globalisasi, dimana kehidupan umat NU pada khususnya dan umat Islam di Indonesia pada umumnya, makin lama makin terkait dengan dinamika ekonomi, politik dan informasi dari berbagai pihak dan berbagai penjuru di dunia. Kedua, internasionalisasi, dimana banyak umat NU yang hidup dan tersebar di berbagai pelosok di dunia dengan masing masing problematikanya.

Ketiga, modernisasi, dimana makin meningkatnya pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai segi kehidupan manusia, termasuk kehidupan para umat NU yang tidak pernah terpikirkan oleh para pemikir NU sebelumnya. Dan, terakhir, regenerasi, dimana semakin cerdas dan kritisnya generasi muda NU sekarang dan yang akan datang membutuhkan wadah yang bisa menampung aspirasi dan kebutuhan intellektual mereka.

Nahdliyin di UK – secara tidak langsung – mencerminkan mikro-kosmos dari tantangan-tantangan yang akan dihadapi oleh NU di masa datang. Sebagai contoh, dalam hal pengaruh globalisasi problematika dunia, nahdliyin UK sudah beberapa kali turut serta membantu problematika para pekerja migran Indonesia yang datang untuk bekerja di berbagai perkebunan di UK. Pada saat yang sama, semakin banyak mahasiswa yang berlatar belakang NU yang datang untuk belajar serta para diaspora NU yang datang untuk bekerja dan menetap di UK.

Pada saat yang sama, para mahasiswa dan diaspora tersebut tentunya sudah sering terekspos dengan meningkatnya pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi – seperti teknologi digital – dengan berbagai permasalahannya – seperti mis-informasi – sebagai akibat dari modernisasi jaman. Juga, mahasiswa dan diaspora NU di UK – terutama para anak-anak diaspora – juga dituntut untuk menjadi semakin cerdas dan kritis ketika berinteraksi dengan berbagai pihak baik di sekolah, di kantor dan di masyarakat UK. Sudah sepatutnya semakin cerdas dan kritisnya generasi muda NU yang datang sekolah dan bekerja di UK ditampung di suatu wadah organisasi NU cabang UK.

Setidaknya, Organisasi NU Cabang UK (PCINU UK) telah mulai aktif pada 2000 yang saat itu dipimpin oleh KH Royandi Abbas sebagai Rais Syuriah dan KH Muhammad Faqih sebagai Ketua Tanfidliyah. PCINU UK hadir sebagai upaya untuk senantiasa menjaga nafas perjuangan para nahdliyin yang berada dan tinggal di UK sekaligus juga mempertahankan relevansi organisasi ini di dalam konteks kompleks negeri Raja Charles ini, pada khususnya. Sedangkan, secara umum, ambisi NU-UK adalah untuk memposisikan cabang NU ini sebagai “gate-keeper” atau “penjaga gawang” yang dapat memberikan masukan dan “early warning” kepada NU pusat dan para nahdliyin, terhadap beberapa hal.

Di antaranya, pertama, masalah masalah global yang muncul di dunia internasional, yang mungkin dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung kehidupan nahdliyin di masa datang, beserta solusinya. Diharapkan pengalaman di London – HQ dari berbagai organisasi global seperti Reuters, BBC, Bloomberg – sebagai pusat informasi global dunia bisa memberikan sumber yang terkini terhadap berbagai isu dan problematika dunia yang mungkin relevant terhadap umat NU.

Kunci dari keberhasilan NU terletak pada usaha keras dari para anggota, pemikir dan ulama NU untuk tetap membuat nilai nilai tradisional dan konservatif Islam ini selalu relevan dengan dinamika perubahan jaman dari era sebelum kemerdekaan Indonesia hingga sekarang.

Kedua, kemajuan kemajuan riset, ilmu pengetahuan dan teknologi yang mungkin dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung kehidupan umat NU dimasa datang, beserta solusinya. Diharapkan diaspora and mahasiswa NU UK yang belajar atau terekspose dengan kemajuan kemajuan terkini dari berbagai universitas terkemuka UK seperti Oxford, Cambridge, Imperial, UCL, Kings, LSE, Bristol, Edinburgh dsb, dapat memberikan masukan masukan yang berguna bagi umat NU untuk memecahkan problematika mereka.

Ketiga, pengalaman pengalaman berguna yang bisa dicontoh di dunia Pendidikan dan Profesi mengingat banyak standard kurikulum Pendidikan dan Dunia profesi internasional didirikan di UK (seperti Cambridge Test, Pearson, Chartered Institutes, dsb).

Dengan memposisikan diri di poin poin diatas, diharapkan NU – UK bisa berkontribusi kepada organisasi NU dalam menghadapi tantangan regenerasi umat di masa depan. Karenanya, diperlukan berbagai penyegaran program sesuai dengan karakter cabangnya diatas dan juga sesuai dengan tantangan NU-UK di masa depan. Misalnya, dengan mempertanyakan, “Bagaimana membuat nilai-nilai Konservatif dan Traditional Islam bisa tetap menarik, populer dan relevan bagi Nahdliyin dan Keluarganya yang sedang belajar dan bekerja di UK?”

Sebagai informasi, dalam beberapa tahun terakhir, NU UK telah mengalami transformasi yang signifikan di berbagai lini. Dari sisi internal, berbagai lini organisasi terbentuk dan berjalan makin kini makin efektif. Misalnya, Muslimat NU UK dan LazisNU UK yang kini keduanya memainkan peran penting dalam mewarnai kehidupan Islam Indonesia di UK. Paling mutakhir, keduanya, tentunya bersama-sama segenap pemangku kepentingan PCINU UK berhasil berkontribusi signifikan terhadap Pembangunan Masjid Indonesia pertama di UK.

PCINU UK sendiri terus berkembang baik dalam hal program maupun talenta. Salah satu program utamanya yakni pengajian rutin malam Jumat, yasinan dan tahlilan, berjalan secara konsisten dalam setidaknya empat tahun terakhir. Dalam hitungan, setidaknya telah lebih 100 edisi pengajian rutin dijalankan. Dari sisi talenta, NU makin menjadi daya tarik baik bagi mukimin atau permanent residents maupun para pekerja dan mahasiswa yang datang ke UK secara temporer. Kolam jamaah NU UK pun makin meluas.

Namun demikian, kita sadari bahwa semua aspek potensial di atas kemudian memunculkan tantangan-tantangan yang tidak mudah. Pertama, NU masih kental dikenal sebagai organisasi konservatif yang sibuk dengan kegiatan internal. Misalnya, NU hanya khusus untuk mereka yang berasal dari latar tertentu, termasuk santri. Seperti yang telah dijelaskan diatas, di era Globalisasi dan Internasionalisasi, stigma tersebut menjadi kurang relevan. Kedua, NU yang tentunya kental dengan kultur organisasi a la Indonesia, tidak bisa menghindari, tidak bisa lepas dan mau tidak mau, suka atau tidak suka, akan terus bersinggungan dengan berbagai masalah lokal di mana Nahdliyin tinggal, seperti di UK. Misalnya, sebagian jamaah dan keluarganya NU berhadapan dengan isu identitas mereka sebagai warga Nahdliyin dan warga Indonesia yang tinggal di UK, bahkan juga sebagai warga Inggris yang merasa cocok identitas keislamannya dengan NU.

Di luar contoh tantangan-tantangan internal di atas, Nahdliyin UK dan keluarganya juga menghadapi berbagai kompleksitas eksternal terutama pertama tama mengenai bagaimana Islam direpresentasikan di sekolah dan di Masyarakat dan yang kedua mengenai bagaimana seharusnya Islam memandang perkembangan sains, teknologi, sosial, politik dan ekonomi modern. Contoh poin yang pertama yang bisa dikemukakan di sini adalah bagaimana Islam itu diajarkan di sekolah sekolah di pelajaran RS (Religious Study), di mana anak anak kita diekspos dengan image bahwa Islam itu jauh dengan toleransi dan equality terhadap gender.

Di Tengah Masyarakat UK, juga ada kesan bahwa Islam adalah agama yang jauh dari kedamaian yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pembentukan akhlak anak anak diaspora Nahdliyin yang menetap di UK. Pada saat yang sama, juga terkesan bahwa pendekatan Islam terhadap kemajuan Ilmu Pengetahuan, teknologi, sosial, politik dan ekonomi, terkesan terbelakang dibandingkan dengan agama samawi lainnya (bahkan Hindu dan Budha) sekalipun sehingga dikhawatirkan banyak generasi anak anak Nahdliyin di UK menjadi malu untuk mengakui identitas mereka sebagai muslim. Wallahu a’lam (*)